Inspirasi dari Koptan Maju Bersama Santong

Penulis: Andi Pramaria- Widyaiswara Ahli Utama UPTD Balatkop UKM NTB.

Namanya Haji Arthim, seorang tokoh dari Desa Santong, Kabupaten Lombok Utara yang sukses menggerakan teman-temannya untuk mengelola sumber daya hutan produksi yang meliputi 4 desa di sekitarnya. Berawal dari keprihatinan atas kerusakan hutan di wilayahnya, beliau bersama teman-temannya mengajukan permohonan untuk mengelola hutan seluas ± 1.400 Ha yang dikelola bersama. Kelompok masyarakat pengelola hutan tersebut pada awalnya menamakan sebagai Kelompok Tani Hutan (KTH) Santong. Beberapa komoditas yang dikembangkan antara lain vanilli, alpukat, cabe jamu, umbi-umbian, tanaman kayu berupa sengon dan durian (lokal dan kane), dan tanaman lain. Izin pengelolaan hutan telah diterbitkan dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan (HKm), yaitu pengelolaan hutan yang dilakukan masyarakat, pada hutan produksi atau hutan lindung namun tidak boleh mengubah fungsi utama hutan, sehingga yang dikembangkan adalah tanaman di bawah tegakan, tanaman buah-buahan, dan lain-lain. Tahun 2000an, vanilli sempat booming dengan harga yang tinggi sehingga petani banyak yang mendapat untung. Banyak pembeli datang dari Jawa, Bali, bahkan Maluku yang datang langsung ke petani untuk membeli produk secara langsung. Akibatnya, terjadi ketidaksamaan harga diantara petani sehingga terjadi kecemburuan dan persaingan harga yang akan menguntungkan pembeli. Tidak kurang 80 orang sudah naik haji akibat pengelolaan HKm Santong. Meski bekerja dalam sunyi, namun kiprahnya telah menggaung sampai tingkat nasional. Pada tahun 2016, melalui penilaian yang ketat dan rahasia, beliau ditetapkan sebagai tokoh perubahan tahun 2016 bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani. Banyak masyarakat NTB sendiri juga tidak tahu prestasi yang membanggakan ini dan beliau tetap rendah hati serta kembali bekerja di tengah hutan bersama masyarakat. Dalam kondisi tersebut, Haji Arthim selaku ketua kelompok tani hutan berpikir untuk dapat meningkatkan solidaritas dan mengurangi persaingan, beliau mencetuskan pembentukan Koperasi Tani yang dinamakan Koptan Maju Bersama Santong. Koperasi ini digolongkan sebagai koperasi produsen, yaitu setiap anggotanya mempunyai produksi hasil perkebunan dan ditampung oleh koptan, selanjutnya setiap transaksi dilakukan melalui koptan. Sebelum gempa, transaksi dilakukan sebesar Rp 400 jt, sampai koperasi kehabisan modal untuk membayar hasil kebun petani. Gempa bumi tahun 2018 telah merubah segalanya. Terakhir bangunan koperasinya rusak dan kegiatan operasional koperasi terhenti meski semangatnya tak pernah henti. Sebagai relawan Gempa Bumi waktu itu saya hanya bisa membantu dalam bentuk Sembako. Entah bagaimana kabar Koperasi Tani Maju Bersama Santong kini. Terakhir ketika bertemu, beliau berbisik….. Ayo, bina kami lagi, agar masyarakat berdaya. Saya dengan sedih hanya dapat menjawab Insya Allah……….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *